MESJID PUSAKA BANUA LAWAS
|
Mesjid Pusaka Banua Lawas |
Mesjid Pusaka Banua Lawas terletak di Kecamatan Banua Lawas, Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan, INDONESIA
Masjid Pusaka Banua Lawas didirikan oleh Khatib Dayan bersama-sama
dengan Datu Kartamina, Datu Sari Negara, Datu Sri Panji, Datu Rangganan
dan datu lainnya yang telah memeluk agama Islam pada tahun 1625 M
bersamaan dengan pendirian Masjid Pusaka Puain pada tahun itu juga dan
pada saat itu Kerajaan Banjar diperintah oleh Sultan Inayatullah.
Dilihat dari namanya, kemungkinan Datu Sari Nagara dan Datu Sri Panji
sebelumnya memeluk agama Hindu. Menurut informasi, Masjid Pusaka Banua
Lawas dipugar pada tahun 1669, 1769, 1791,1848,1932, dan terakhir tahun
1999 dan 2003 oleh Direktorat Linbinjarah.
Dibelakang masjid terdapat tumpukan batu bata yang berada di sela-sela
makam kuno yang hingga kini belum diketahui apakah merupakan bekas jirat
sebuah makam ataukah bekas reruntuhan bangunan pemujaan di masa
lampau.
Di masjid tertua di Kabupaten Tabalong yang "dikeramatkan" itu, selain
menjadi tempat ibadah, juga menjadi tonggak atau bukti sejarah
diterimanya Islam bagi suku Dayak di Tabalong. Di teras depan Masjid
Pusaka, ada dua tajau (guci tempat penampungan air yang dulunya
digunakan suku Dayak untuk memandikan anak yang baru lahir). Kendati
diterpa atau disengat matahari, namun dua tajau yang usianya mencapai
400 tahun itu tak berubah warnanya. Masjid ini ramai dikunjungi atau
diziarahi umat Islam, termasuk dari Kaltim. Di Masjid Pusaka ini, masih
tersimpan beduk asli dan petaka sepanjang 110 cm
|
Halaman Depan Mesjid Pusaka |
Di samping masjid terdapat pekuburan warga setempat sejak dahulu dan
salah satu yang mencolok adalah bangunan (kubah) yang merupakan makam
pejuang Banjar (Kelua) bernama Penghulu Rasyid.
Dahulu di daerah Banua Lawas ini sudah tinggal dan bermukim para suku
dayak / suku manyan, dan disitu sudah berdiri semacam pesanggrahan atau
tempat pemujaan kepercayaan Kaharingan suku Maanyan dalam bentuk yang
sederhana. Tempat pemujaan itu dianggap sakral, dan manfaatnya terasa
sangat penting bagi orang-orang Maanyan yang pada masa itu banyak
bermukim di Banua Lawas.
Mereka kemudian menyebut daerah lokasi bangunan pemujaan tersebut
sebagai Banua Lawas atau Banua Usang. Suatu kemungkinan menunjukkan
bahwa aktivitas masyarakat, kemunculan, dan berkembangnya daerah-daerah
lain di sekitarnya berawal dari Banua Lawas ini.
|
Makam penghulu Rasyid disamping Mesjid |
Kemungkinan peristiwa besar terjadi yang memaksa mereka harus
meninggalkan kampung halaman dan bermukim atau membangun pemukiman baru,
dan akhirnya mereka menyebut kampung yang ditinggalkan tersebut sebagai
Banua Lawas.
Kabar lisan yang berkembang di Banua Lawas menyebutkan bahwa sebagian
orang-orang Maanyan menyingkir karena mereka tidak bersedia menerima
Islam sebagai agama mereka. Tetapi kemungkinan lainnya adalah berkaitan
dengan para imigran pelarian dari Jawa yang datang akibat kerusuhan
politik di daerah asalnya dan mendirikan kerajaan baru di pulau Hujung
Tanah bernama Negara Dipa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar