Mengisahkan seorang pemuda tampan yang berasal dari Negeri sebrang, yang mengembara ke Pulau Sumatera. Dari desa ke desa dan membantu untuk kemakmuran desa yang ia singgahi, lalu pemuda itu kembali mengembara dengan tak tentu arah, dan pada akhirnya pemuda tampan itu singgah ke desa yang kaya raya serta makmur. Itulah desa Panggong Lamo yang sekarang menjadi Desa Sungai Jernih. Pemuda tampan itu memutuskan untuk menetap di desa tersebut, dan mempunyai Ibu angkat yaitu perempuan tua yang hidup sendirian, baik hati dan tinggal di rumah yang sedehana beda dengan rumah penduduk lainnya yang hidup berkecukupan.
Perempuan tua itu sangat senang sekali karena mempunyai anak angkat yang selalu membantu pekerjaannya dalam menggarap sawah dan bertani serta mencari kayu bakar untuk memasak. Lalu penduduk setempat tahu kalau di rumah itu ada seorang pemuda tampan, banyak gadis desa yang ingin sekali kenal dengan pemuda tampan itu bahkan desa tetangga yang singgah kerumah sederhana itu hanya untuk bertemu dengan pemuda pendatang tersebut.
Untuk mempersingkat cerita pemuda pendatang itu selain tampan dia pun mempunyai ilmu yang sangat sakti dan dengan ilmunya merubah dirinya sebagai pemuda yang sangat jelek dan mempunyai kurap serta badan yang tak sedap di cium untuk mengetes semua gadis yang memang tulus mencintainya dan juga untuk mengetes penduduk setempat yang sangat senang pada ketampanannya. Dialah Bujang kurap, yang mempunyai ilmu sakti. Tetapi Ibu angkatnya tidak tahu kalau pemuda yang tampan itu menggunakan ilmu kesaktiannya untuk merubah dirinya menjadi Pemuda yang sangat jelek, ibunya dan penduduk setempat mengira itu adalah penyakit yang datang padanya.
Semenjak itu tidak ada seorangpun yang bertandang lagi ke rumahnya, bahkan penduduk menjauhi pemuda yang di panggil Bujang kurap itu dan menjauhi Ibunya juga. Dengan bersedih dan sangat menyayangi anak angkatnya Ibu Bujang kurap selalu berdoa agar anaknya kembali seperti yang dulu sebagai pemuda yang normal. Suatu ketika penduduk bergembira karena di Desa tersebut akan menggelar pernikahan yang sangat mewah. Bahkan mereka tidak menghiraukan keluarga Bujang kurap dan menginginkan agar Bujang kurap di larang keluar selamanya. Dengan kesal Pemuda Tampan yang menyamar sebagai Bujang kurap itu pergi ke sebuah tempat untuk bertapa dan singgah ke sebuah bongkahan batu, untuk meminta petunjuk Bujang kurap kuasa. Sebelum pergi Bujang kurap membuat perahu bambu untuk sang ibu itu.
Dan pada saat acara pernikahan berlangsung, penduduk sedang berpesta serta bergembira, datanglah Bujang kurap untuk ikut memeriahkan acara pernikahan tersebut. Dan ternyata kedatangannya tidak di terima dengan baik bahkan di usir dari desa sambil di ludah oleh penduduk setempat, Bujang kurap berjanji akan pergi jika permintaannya di berikan.
“Wahai Tuan, Ku kan pegi man kawan nak meri, apo yang nak ku pintak”
“Payolah katokan’lah apo nian nak kawan pitak”“Ku pegi man ado yang biso nyabot lidi ko”
Pergilah Bujang kurap mengambil limabatang lidi dan di tancapkannya di depan peduduk, beberapa penduduk penduduk yang mencoba untuk mencabut lidi tersebut tak sanggup mencabutnya, lalu bergiliran panduduk setempat untuk mencabut lidi tersebut dan tak ada yang bisa mencabutnya. Akhirnya Bujang kurap sendiri menyabut lidi tersebut. Apa yang terjadi? Tak di sangka kalau pancuran air yang sangat besar atau deras keluar dalam lubang tancapan lidi tersebut dan akhirnya tak ada yang selamat tenggelam dalam air yang menjadi Danau tersebut kecuali Bujang kurap dan Ibu angkatnya. Dan Bujang kurap pun kembali menjadi seorang pemuda tampan dan mohon maaf kepada ibunya serta meminta ibuya untuk tinggal di kampung tetangga serta Bujang kurap atau Pemuda Tampan itu berpamitan kepada Ibunya serta memberikan beberapa keping emas. Ibu merelakan kepergian anak angkatnya tersebut, dengan sangat bersedih karena dia belum di karuniai seorang anak setelah sepeninggal almarhum suaminya dan sudah menganggap Pemuda itu sebagai anaknya sendiri. Lalu Bujang kurap kembali bertapa dan sesuatu terjadi dengannya yang tiba-tiba hilang secara gaib di atas batu pertapaannya, batu itu yang di namakan Meja Batu. Sekarang meja itu di percaya di tunggu oleh beberapa mahluk gaib. Rumah yang di tempati Bujang kurap dan Ibu angkatnya berada tepat di tengah-tengah danau rayo, yang di akui oleh penduduk setempat tumbuh daun bengkuang emas. Dan banyak kepercayaan lainnya mengenai Danau Raya. Itulah legenda yang mengisahkan Danau Rayo, sekarang banyak sekali persi masyarakat mengisahkan Bujang kurap sebagai penduduk setempat, sebagai penyakit dari kecil, dan beberapa kisah lainnya.
Saat ini yang di percayai dan diyakini oleh keturunan Ibu angkat Bujang kurap (Puyang Bujang kurap panggilan untuk keturunan Ibu angkatnya/keluarga) ialah:
• Kepada keturunan anak laki-lakinya akan ada panu di wajah dan dekat telinga sebelah kiri saat beranjak remaja.
• Ilmu Bujang kuarap akan turun temurun kepada keturunan Ibu angkatnya jika keturunannya mempunyai jiwa dan batin yang bersih serta mempunyai tahi lalat di belakang telinga sebelah kanan. bisa mengobati berbagai penyakit untuk membantu orang yang membutuhkan dan bisa merasakan hal-hal dunia gaib.
• Puyang Bujang kurap akan datang mengunjungi keluarga dan keturunannya benar-benar dari Ibu angkatnya dan mempercayai bahwa ia ada pada malam Jum’at Bulan Purnama.
• Keturunanya turun temurun di berikan penjaga gaib yang selalu menjaga diri mereka dalam kejahatan dunia gaib lainnya dan kejahatan duniawi.
• Keturunanya pandai dalam seni tradisional seperti bernyanyi, bermain alat musik, ataupun menari daerah, dan menyukai hal yang gaib.
Danau yang indah nan jernih serta luas mempunyai ikan yang tidak ada di dunia sejenis ikan koi yang berwarna emas, ada ikan buntal, ikan Arwana, di dalam DANAU RAYO yang menjadi salah satu aset wisata Kab.Musi Rawas. Dan pohon yang unik berbuah di batang dari atas hingga sampai tanah yang rasanya sangat masam besarnya sebesar buah manggis tapi berangkai, jika di buka seperti buah duku dan kulitnya sangat kebal susah di buka jika tidak menggunakan alat.......
Tidak ada komentar:
Posting Komentar