Komplek Makam Sultan Suriansyah :
• Komplek Makam Sultan Suriansyah adalah sebuah kompleks
pemakaman yang terletak di Kelurahan Kuin Utara, Kecamatan Banjarmasin Utara,
Kota Banjarmasin.Sultan Suriansyah merupakan raja Kerajaan Banjar pertama yang
memeluk agama Islam. Sewaktu kecil namanya adalah Raden Samudera, setelah
diangkat menjadi raja namanya menjadi Pangeran Samudera dan setelah memeluk
Islam namanya menjadi Sultan Suriansyah. Gelar lainnya adalah Panembahan atau
Susuhunan Batu Habang.
• Sejarah pemugaran Komplek Makam Sultan Suriansyah. Studi
kelayakan dalam rangka pemugaran dilakukan oleh sebuah tim yang dipimpin Drs.
Machi Suhadi dengan biaya dari Proyek Pemugaran dan Pemeliharaan Peninggalan
Sejarah dan Purbakala Kalimantan Selatan 1982/1983.Kegiatan Pemugaran Pemugaran
situs dimulai tahun 1984/1985. Sasaran pokonya ialah memugar makam-makam kuno
dan pentrasiran pondasi batu bata,Pemugaran makam kuno terurai atas kegiatan:
memperkuat pagar bagian bawah dengan slof beton, membersihkan dan membetulkan
letak nisan makam, memperkuat dan merapikan letak marmer makam, memperbaiki
ukira-ukiran yang rusak dan mengembalikan cat makam seperti warna
semula.Kegiatan pentrasiran menampakan adanya dua kelompok susunan batu
bata/tanggul dengan warna yang berbeda. Kelompok tanggul dengan batu bata merah
merupakan pengaman bagi kestabilan makam Sultan Suriansyah dan Ratu, makam
Khatib Dayan, makam Patih Masih, makam Patih Kuin, Makam hulubaklang raja dan
lain-lain. Kelompok tanggul ini terdapat pada bagian barat dengan ukuran 17 x
17 meter.Kelompok tanggul dengan batu bata putih merupakan pengaman bagi
kestabilan makam Sultan Rahmatullah dan Makam Sultan Hidayatullah. Kelompok
tanggul ini terdapat di bagian timur dengan ukuran 17 x 17 meter. Pada bagian timur
sisi selatan ditemukan susunan tanggul batu bata putih yang diberi
hiasan/ukiran. Pemugaran situs tahun 1985/1986 diarahkan pada kegiatan
penyusunan kembali batu bata tanggul dan membangun cungkup yang baru
menggantikan cungkup lama yang didirikan pada tahun 1985.
• Tokoh-Tokoh yang dimakamkan Sultan Suriansyah, berasal dari
keturunan raja-raja Kerajaan Negara Daha. Ia merupakan Raja Banjar pertama yang
memeluk Islam, dan sejak beliaulah agama Islam berkembang resmi dan pesat di
Kalimantan Selatan. Untuk pelaksanaan dan penyiaran agama Islam beliau
membangun sebuah masjid yang dikenal sebagai Masjid Sultan Suriansyah yang
merupakan masjid tertua di Kalimantan Selatan. Menurut sarjana Belanda J.C.
Noorlander bahwa berdasarkan nisan makam, maka umur kuburan dapat dihitung
sejak lebih kurang tahun 1550, berarti Sultan Suriansyah meninggal pada tahun
1550, sehingga itu dianggap sebagai masa akhir pemerintahannya. Ia bergelar
Susuhunan Batu Habang. Menurut M. Idwar Saleh bahwa masa pemerintahan Sultan
Suriansyah berlangsung sekitar tahun 1526-1550. Sehubungan dengan hal ini juga
dapat menetapkan bahwa hari jadi kota Banjarmasin jatuh pada tanggal 24
September 1526.
Ratu Intan Sari atau Puteri
Galuh adalah ibu kandung Sultan Suriansyah. Ketika itu Raden Samudera baru
berumur 7 tahun dengan tiada diketahui ayahnya Raden Manteri Jaya menghilang,
maka tinggallah Raden Samudera bersama ibunya. Pada masa itu Maharaja Sukarama,
raja Negara Daha berwasiat agar Raden Samudera sebagai penggantinya ketika ia
mangkat. Tatkala itu pula Raden Samudera menjadi terancam keselamatannya,
berhubung kedua pamannya tidak mau menerima wasiat, yaitu Pangeran Mangkubumi
dan Pangeran Tumenggung, karena kedua orang ini sebenarnya kemenakan Sukarama.
Ratu Intan Sari khawatir, lalu Raden Samudera dilarikan ke Banjar Masih dan
akhirnya dipelihara oleh Patih Masih dan Patih Kuin. Setelah sekitar 14 tahun
kemudian mereka mengangkatnya menjadi raja (berdirinya kerajaan Banjar
Masih/Banjarmasin). Ratu Intan Sari meninggal pada awal abad ke-16.
Sultan
Rahmatullah, putera Sultan Suriansyah, beliau raja Banjar ke-2 yang bergelar
Susuhunan Batu Putih. Masa pemerintahannya tahun 1550-1570. Sultan
Hidayatullah, raja Banjar ke-3, cucu Sultan Suriansyah. Ia bergelar Susuhunan
Batu Irang. Masa pemerintahannya tahun 1570-1595. Ia senang memperdalam syiar
agama Islam. Pembangunan masjid dan langgar (surau) telah banyak didirikan dan
berkembang pesat hingga ke pelosok perkampungan. Khatib Dayan. Pada tahun 1521
datanglah seorang tokoh ulama besar dari Kerajaan Demak bernama Khatib Dayan ke
Banjar Masih untuk mengislamkan Raden Samudera beserta sejumlah kerabat istana,
sesuai dengan janji semasa pertentangan antara Kerajaan Negara Daha dengan
Kerajaan Banjar Masih. Khatib Dayan merupakan keturunan Sunan Gunung Jati dari
Cirebon, Jawa Barat. Ia menyampaikan syiar-syiar Islam dengan kitab pegangan
Surat Layang Kalimah Sada di dalam bahasa Jawa. Ia seorang ulama dan pahlawan
yang telah mengembangkan dan menyebarkan agama Islam di Kerajaan Banjar sampai
akhir hayatnya.
Patih Kuin
adalah adik kandung Patih Masih. Ia memimpin di daerah Kuin. Ketika itu ia
telah menemukan Raden Samudera dan memeliharanya sebagai anak angkat. Pada masa
beliau keadaan negerinya aman dan makmur serta hubungan dengan Jawa sangat
akrab dan baik. Ia meninggal pada awal abad ke-16. Patih Masih adalah seorang
pemimpin orang-orang Melayu yang sangat bijaksana, berani dan sakti. Ia
memimpin di daerah Banjar Masih secara turun temurun. Ia keturunan Patih Simbar
Laut yang menjabat Sang Panimba Segara, salah satu anggota Manteri Ampat. Ia
meninggal sekitar awal abad ke-16.
Senopati
Antakusuma adalah cucu Sultan Suriansyah. Ia seorang panglima perang di
Kerajaan Banjar dan sangat pemberani yang diberi gelar Hulubalang Kerajaan. Ia
meninggal pada awal abad ke-16. Syekh Abdul Malik atau Haji Batu merupakan
seorang ulama besar di Kerajaan Banjar pada masa pemerintahan Sultan
Rahmatullah. Ia meninggal pada tahun 1640. Haji Sa'anah berasal dari keturunan
Kerajaan Brunei Darussalam. Ia menikah dengan Datu Buna cucu Kiai Marta Sura,
seorang menteri di Kerajaan Banjar. Semasa hidupnya Wan Sa'anah senang mengaji
Al-Qur'an dan mengajarkan tentang keislaman seperti ilmu tauhid dan sebagainya.
Ia meninggal pada tahun 1825.
Pangeran
Ahmad merupakan seorang senopati Kerajaan Banjar di masa Sultan Rahmatullah,
yang diberi tugas sebagai punggawa atau pengatur hulubalang jaga. Ia sangat
disayangi raja dan dipercaya. Ia meninggal pada tahun 1630.
Pangeran Muhammad, adalah adik kandung Pangeran Ahmad, juga sebagai senopati
Kearton di masa Sultan Hidayatullah I. Ia meninggal pada tahun 1645.
Sayyid Ahmad Iderus, adalah seorang ulama dari Mekkah yang datang ke Kerajaan
Banjar bersama-sama Haji Batu (Syekh Abdul Malik). Ia menyampaikan syiar-syiar
agama Islam dan berdakwah di tiap-tiap masjid dan langgar (surau). Ia meninggal
pada tahun 1681.
Gusti
Muhammad Arsyad putera dari Pangeran Muhammad Said. Ia meneruskan perjuangan
kakeknya Pangeran Pangeran Antasari melawan penjajah Belanda. Ia kena tipu
Belanda, hingga diasingkan ke Cianjur beserta anak buahnya, setelah meletus
perang dunia, ia dipulangkan ke Banjarmasin. Ia meninggal pada tahun 1938. Kiai
Datu Bukasim merupakan seorang menteri di Kerajaan Banjar. Ia keturunan Kiai
Marta Sura, yang menjabat Sang Panimba Segara (salah satu jabatan menteri). Ia
meninggal pada tahun 1681. Anak Tionghoa Muslim. Pada permulaan abad ke-18,
seorang Tionghoa datang berdagang ke Banjarmasin. Ia berdiam di Kuin Cerucuk
dan masuk Islam sebagai muallaf. Tatkala itu anaknya bermain-main di tepi
sungai, hingga jatuh terbawa arus sampai ke Ujung Panti. Atas mufakat tetua di
daerah Kuin, mayat anak itu dimakamkan di dalam komplek makam Sultan
Suriansyah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar